Jenis Kayu yang ada di Indonesia yang perlu anda ketahui :
1. Jati
Siapa orang Indoneia yang tidak pernah mendengar nama Kayu Jati? Kayu yang memiliki predikat kyu kuat ini sering kali menjadi patokan bahan kayu yang berkualitas bagi banyak orang. Kyu yang umum berwarna coklat ini memiliki urat berwarna coklat gelap yang berjarak antara satu dengan yang lainnya seikit jarang.
Kayu Jati terkenal akan kekuatan dan kepadatannya,
yang mempengaruhi durabilitas kayu ini. Minyak didalam Kayu Jati dianggap membuatnya
menjadi lebih tahan rayap, dan pori-pori nya yang kecil menyebabkan kayu ini
dapat di finishing sangat halus. Kepadatan Kayu Jati membuatnya menjadi kayu
favorit untuk dibuat ukiran.
Kayu jati memiliki kekerasan antara 630-720 Kgs/M3
Kayu Jati saat ini juga sering diburu bekas-nya
untuk menghasilkan produk berkesan rustic, dan dengan berbagai karakter yang
disebutkan tadi Kayu Jati sangat cocok untuk di jadikan furniture berkelas dan
bahan bahan ukiran.
2. Meranti
Kayu Meranti atau sering juga disebut Kayu
Kalimantan merupakan kayu yang sering dipergunakan untuk membuat kusen,
furniture dan panel. Mendapat julukan Kayu Kalimantan karna meskipun dapat
tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai negara tropis, Kayu Meranti
tumbuh paling baik di daerah Kalimantan. Batang Kayu Meranti dapat tumbuh
hingga 70 meter dengan diameter bisa mencapai 4 meter lebih. Kayu Meranti yang
bahasa latinnya Mahoni Philipina sering kita temui berwarna coklat kemerahan
dan tanpa urat (grain), dijual di toko material sebagai papan atau kaso.
Kayu Meranti memiliki tingkat kekerasan antara
580-770 Kgs/m
Selain sebagai bahan bangunan dan furniture, Kayu
Meranti juga dapat di jadikan Pulp untuk kertas dan buah Tangkawang dari
beberapa jenis Meranti dapat dijadikan bahan baku untuk kosmetik.
Berdasarkan karakteristik dari Kayu Meranti, Kayu
ini lebih cocok digunakan untuk bahan bangunan atau furniture yang finishingnya
menggunakan cat.
Butuh material kayu untuk furniture, bangunan,
produk atau kerajinan, tidak salah lagi Indonesia adalah gudang dari berbagai
kayu-kayu yang kelasnya mendunia. Iklim dan tanah nya yang mendukung untuk
tumbuh suburnya berbagai vegetasi menyediakan banyak varian kayu kuat dan
berurat bagus. Kita sudah sering mendengar tentang kekayaan alam ini secara
turun temurun, dan kenyataannya exploitasi kayu di Indonesia sudah berlangsung
bahkan jauh sebelum kemerdekaan dan menyisakan lahan-lahan yang kini sudah
rusak karna kayu nya sudah dijarah. Meskipun demikian masih banyak kayu-kayu
yang saat ini masih dapat kita temukan karna terus dibudidayakan atau
distribusinya dikendalikan oleh pemerintah melalui peraturan-peraturan yang
ketat, kayu-kayu tersebut dipergunakan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan
dan sebagian dapat kita beli ditoko material kayu diberbagai tempat. Berikut
adalah kayu-kayu asli Indonesia yang mungkin sering ada disekitar kamu dan
wajib kamu ketahui ;
Kayu Merbau1.
Jati
3. Merbau
Kayu yang berasal dari Maluku dan Papua ini
merupakan jenis kayu keras dan memiliki julukan sebagai Kayu Besi. Kayu Merbau
telah menjadi primadona lokal dan eksport sejak lama karna kualitasnya yang
superior. Kayu Merbau berwarna coklat abu gelap atau merah coklat gelap dengan
arah serat yang hampir lurus. Kayu ini dapat tumbuh menjulang hingga 50 meter
dengan diameter hingga 2 meter. Karna kekerasan dan durabilitasnya, Kayu Merbau
banyak dijadikan sebagai parkit untuk lantai, tiang bangunan, bak truk hingga
digunakan sebagai bahan konstruksi jembatan. Saat ini harga Kayu Merbau cukup
bersaing dengan harga Kayu Jati.
Daya tahan Kayu Merbau yang tinggi juga dapat
diaplikasikan sebagai material konstruksi laut. Dalam pengolahannya, Merbau
tidak sulit untuk dipotong dan di finishing, tapi cukup sulit untuk dibubut dan
di paku karna meskipun keras memiliki sifat getas karna serat-seratnya yang
pendek.
Dengan karakteristiknya tersebut, Kayu Merbau dapat
dijadikan andalan sebagai bahan bangunan dan konstruksi.
4. Albasia /
Kayu Sengon
Kayu Sengon/Albasia
Kayu Sengon atau Albasia merupakan kayu khas daerah
tropis dan dapat dengan mudah ditemui diberbagai toko material dalam bentuk
kaso atau papan. Kayu Albasia termasuk kayu yang lunak dan sulit untuk langsung
di finishing, karakternya yang berbulu dan berpori-pori besar dan mudah patah
membuat Kayu ini tidak dapat langsung dijadikan material pembuat produk.
Meskipun demikian permintaan Albasia yang meningkat dari tahun ketahun
memberikan bukti bahwa penggunaan dan manfaat yang disadari produsen atas kayu
ini juga semakin luas. Kenyataannya kayu yang mudah untuk di oleh ini
dipergunakan sebagai bahan utama pembuatan kayu olahan seperti triplex dan blockboard,
stick ice cream, pensil, korek api hingga bahan baku untuk kertas.
Papan dan balok Kayu Albasia sering kita temukan
menjadi material bangunan penyangga dan sementara, digunakan untuk packing pada
shipping atau pallet untuk barang. Warna nya putih kotor bercampur coklat tampa
urat, berpori-pori besar dan lunak.
5. Cendana
Kayu Cendana
Wangi, itulah kesan pertama yang anda dapatkan pada
kayu Cendana. Kayu yang sering digunakan sebagai bahan baku dupa dan
produk-produk kerajinan ini sebenarnya bukan merupakan golongan pohon yang
tinggi bahkan bisa disebut sebagai parasit. Pohon Cendana hanya tumbuh hingga
15 meter dengan diameter batang hanya 30 cm, sulit dibudidayakan dan
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat dipanen namun sangat diminati
dipasaran menjadikan kayu ini relatif cukup mahal, bahkan dijual dengan takaran
kilogram. di Indonesia Kayu Cendana putih dapat tumbuh subur di daerah NTT
(Nusa Tenggara Timur) dan telah menjadi komoditas eksport sejak lama.
Kayu Cendana yang diubah menjadi produk kerajinan
dan furniture sebaiknya tidak di coating, tapi justru dibiarkan polos agar
wangi dari Kayu Cendana ini dapat dinikmati saat berinteraksi dengan produk
tersebut. Kayu ini sangat baik dan kokoh untuk dijadikan furniture dan memiliki
nilai ekonomi yang tinggi baik didalam maupun diluar negeri.
6. Ulin
Kayu Ulin
Kayu Ulin merupakan salah satu kayu yang dapat
dijadikan sebagai material pembuat kapal yang berasal dari Kalimantan dan
Sumatra bagian selatan. Kayu Ulin dapat tumbuh hingga 50cm dengan diameter
hingga lebih dari 1 meter. Kayu Ulin terkenal sangat tahan perubahan suhu,
kelembaban, tidak mudah dimakan rayap dan pengaruh air karna bersifat
berat dan keras.
Kayu Ulin dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan terutama konstruksi. Di daerah tempat ditemukannya banyak Kayu Ulin
yaitu Kalimantan, kayu ini sejak dahulu kala dipergunakan sebagai bahan pembuat
rumah panggung bagi penduduk lokal. Selain itu Kayu Ulin juga sering
dimanfaatkan oleh penduduk lokal untuk digunakan sebagai bahan kerajinan
seperti patung hingga perhiasan.
Kayu Ulin termasuk Kelas Kuat I dan Kelas Awet I
dengan berat jenis 1.04.
7. Eboni
Kayu Eboni
Kayu yang memiliki nama latin Diospyros Celebica ini,
kini sudah cukup langka. Perpaduan warna hitam dan coklat dengan urat yang
kontras pada kayu yang terkenal dengan nama Macassar Ebony dan Black Ebony ini membuatnya menjadi kayu yang sangat diburu
oleh bangsa Jepang, Eropa dan Amerika. Kegiatan eksport kayu ini mencapai
puncaknya pada tahun 1973 dengan jumlah mencapai 26.000 m3 dan terus menurun
hingga kini ditetapkan oleh IUCN dan 2000 WCN (World Conservation Union) Red
List of Threatened Species sebagai kayu yang dilindungi.
Pohon Kayu Eboni dapat tumbuh hingga 40m dengan
diameter hingga 1 meter dan merupakan kayu kelas awet 1 dan kelas kuat 1 dengan
berat jenis rata-rata 1.05 (0.90-1.14), dengan berat jenis ini kayu Eboni
tergolong berat dan tidak dapat mengapung di air.
Kayu dengan urat yang eksotis ini kerap dijadikan
bahan baku pembuatan alat musik seperti gitar, piano hingga biola. Kayu ini
juga digunakan sebagai tongkat, ukir-ukiran, patung dan juga perhiasan.
8. Trembesi
Kayu Trembesi
Beberapa waktu yang lalu, sebuah perusahaan rokok
membuat program CSR dengan penanaman ribuan bibit pohon Trembesi, alasannya
pohon Trembesi merupakan salah satu jenis pohon yang dapat menyerap hingga 28.5
ton gas CO2. Selain manfaatnya sebagai penyerap gas CO2 yang baik, Kayu
Trembesi kini juga semakin diminati oleh pasar lokal dan Asia untuk dijadikan
bahan baku furnitur, ukiran dan patung. Hal ini disebabkan oleh urat Kayu yang
dimiliki Kayu Trembesi yang menawan.
Kayu Trembesi mudah tumbuh diberbagai daerah Tropis
dan curah hujan yang tinggi mulai dari Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, Maluku
hingga Nusa Tenggara. Kayu Trembesi dapat tumbuh hingga mencapai 40m dengan
diameter hingga 4.5 meter. Kayu Trembesi yang juga disebut Kayu Meh di daerah
Jawa yang berarti “hampir menyerupai Kayu Jati ini sering diubah menjadi
furniture indoor yang tebal-tebal dan lebar hingga 1.5meter, hal ini
disebabakan kekuatannya yang kurang dan cukup lentur sehingga pengolahan kayu
ini lebih condong dipotong lebih besar. Kepadatan atau Density Kayu Trembesi
yang kurang membuatnya kurang cocok dijadikan bahan baku furniture outdoor.
Selain menjadi bahan baku Furniture, Kayu Trembesi juga sering digunakan
sebagai bahan pembuat veneer.
Kayu Trembesi memiliki berat jenis 0.60 dengan
tingkat keawetan kelas IV dan Kelas Kuat III. Pohon Kayu. Kayu Trembesi kurang
awet karna menghasilkan minyak kayu yang membuatnya tahan terhadap serangan
rayap lebih sedikit dibandingkan dengan Kayu Jati.
9. Bangkirai
Kayu Bengkirai
Kayu yang memiliki nama lain Yellow Balau atau
Balau ini banyak ditemukan di Indonesia, Malaysia dan Filipina. Di Indonesia,
Kayu ini banyak dipasok dari hutan Kalimantan. Kayu Bangkirai dapat tumbuh
hingga 40 meter dengan diameter hingga 120 cm. Kayu ini bewarna kuning
kecoklatan dengan kekerasan antara 880-990 kg/m3 hingga 1050 kg/m3 pada
kekeringan 12%. Pada suhu normal Kayu Bangkirai dapat kering dalam waktu 12
hingga 1 bulan. Ikatan antar serat yang kuat dan mudah diolah menjadikan kayu
ini cocok untuk decking, outdoor furniture, dan berbagai keperluan konstruksi
lainnya namun pada beberapa jenis bangkirai seratnya cenderung mudah
terbuka dam mudah melintir sehingga tidak disarankan dipergunakan pada
konstruksi yang membutuhkan kestabilan tinggi.
Kayu Bangkirai cukup terkenal didunia perkayuan
dengan tingkat keawetan dari kelas I hingga kelas III dan Kelas Kuat I dan II.
Kayu Bangkirai memiliki berat jenis rata-rata 0.91.
10. Kamper
Kayu Kamper
Dahulu kala penggunaan getah beberapa jenis Kayu
Kamper menjadi kapur barus merupakan kegiatan bisnis primadona yang membuat
Sumatera menjadi terkenal. Penggunaan kapur barus dapat ditemui pada buku
History of Sumatera (1783) yang ditulis oleh William Marsden, Kimiya’Al-‘Ltr
(Abad ke-9) yang ditulis oleh Al-Kindi dan Actius dari Amida (502-578) serta
berbagai tulisan lainnya yang mempropagandakan penggunakan kamper/kapur barus,
bahkan disebutkan pula bahwa pada abad ke 2 masehi terdapat bandar dagang yang
terkenal menjual kapur barus bernama Barosai. Kini penggunaan kapur barus
semakin meluas dan dibuat pula sintetisnya dengan terpentin. Selain wangi,
kapur barus juga dipergunakan untuk mengawetkan mayat dan tidak disukai oleh
hama. Demikian pula kayu kamper, kayu ini termasuk kayu yang tahan hama
sehingga banyak diminati banyak orang.
Kayu Kamper berwarna coklat muda hingga coklat
kemerahan dan hampir mirip dengan Kayu Mahoni. Kayu Kamper termasuk Kayu
berkelas awet II, III dengan kelas kuat I dan II, Meskipun Kamper dapat ditemui
diberbagai daerah, Kayu Kamper yang berasal dari Samarinda terkenal halus
dibandingkan dengan daerah yang lain. Selain Kamper Samarinda, dipasaran
dikenal juga Kamper Singkil, Kamper Kapur dan Kamper Banjar.
11. Sonokeling
Kayu Sonokeling
Ini dia Rosewood-nya Indonesia, Sonokeling,
Sonobrit, Sonosungu atau Sanakeling merupakan kayu yang memiliki corak yang
indah, bewarna coklat gelap dengan alur-alur berwarna hitam membuat kayu ini
terlihat sangat eksotis. Pohon Kayu Sonokeling dapat tumbuh hingga 40 meter
dengan diameter mencapai 2 meter. Pohon ini dapat ditemui di daerah Jawa Tengah
dan Jawa Timur terutama didaerah-daerah yang berbatu dan agak kering.
Kayu Sonokeling dimanfaatkan untuk membuat berbagai
jenis produk, mulai dari furniture, alat musik, hingga alat-alat olah
raga. Dengan Berat jenis 0.77-0.86 dengan kadar air 15%, Kayu ini juga
termasuk kayu indah kelas 1, kelas awet I dan kelas kuat II. Karna Sonokeling
termasuk kayu keras, maka kayu ini dahulunya sering digunakan sebagai bahan
konstruksi dan bahan pembuat kusen-kusen mewah yang kuat. Kayu Sonokeling yang
juga memiliki kadar air yang rendah serta cukup menghasilkan minyak kayu juga
terkenal tahan akan serangan rayap dan jamur pembusuk kayu.
12. Sungkai
Kayu Sungkai
Kayu berwarna terang ini merupakan material Kayu
yang sering digunakan oleh pengrajin untuk membuat furniture indoor. Kayu
Sungkai juga diolah oleh industri menjadi veneer yang warna dan coraknya banyak
diminati oleh pasar. Dengan corak Kayu perpaduan antri warna kuning, coklat
muda dan kuning setelah kuning, Kayu Sungkai dapat mempertegas kesan segar dan
compact pada furniture indoor.
Dipasaran harga Kayu Sungkai jelasnya lebih murah
di bandingkan harga Kayu Jati atau Sonokeling, oleh karna itu pemakaiannya juga
lebih luas dibandingkan Kayu Jati, Sonokeling atau Ulin yang kelasnya lebih
tinggi. Dari segi kualitas, meskipun coraknya cukup menawan, kayu ini hanya
termasuk kayu Kelas Kuat II dan III dan Kelas Awet II dan III juga. Massa jenis
dan bobot Kayu Sungkai apalagi jika telah melalui proses Kiln atau pengeringan
akan lebih berat sedikit di bandingkan Kayu Pinus, Oleh karna itu,
penggunaannya disarankan bukan untuk keperluan outdoor kecuali dengan treatment khusus.
13. Pinus dan Cemara
Kayu Pinus/Cemara
Dari beberapa artikel yang saya baca, pada dasarnya
Pohon Pinus dan Cemara memiliki ciri fisik dan nama latin yang berbeda pula,
namun corak kayu nya tidak berbeda terlalu signifikan. Kayu Cemara memiliki
warna yang lebih menonjol dibandingkan Kayu Pinus, Kayu Cemara terkesan lebih
merah dan pekat dibandingkan warna Kayu Pinus yang lebih kuning dan terang.
Selain itu Kayu Cemara memiliki banyak (mata) karna lebih banyak ranting dan
cabang dibandingkan Kayu Pinus.
Pinus dan Cemara memiliki banyak manfaat, mulai
dari segi religius (sering digunakan sebagai pohon natal) hingga kesehatan.
Selain itu, Kayu nya juga dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Kayu Pinus dan
Cemara terkenal lembek dan mudah rusak, kepadatan kayunya yang kurang justru
dimanfaatkan untuk produk-produk kayu yang membutuhkan pengolahan ringan,
disposable dan flamabelity yang tinggi seperti korek api dan palet kayu untuk
shipping. Kayu Pinus dan Cemara termasuk Kayu dengan Kelas Awet dan Kuat level
III. Kayu Pinus dan Cemara memiliki densitas/kepadatan 480-520 kg/m3 dan kadar
air MC 12% dan butuh waktu 12-15 hari untuk pengeringan.
Meskipun Kayu Pinus dan Cemara kini sering
digunakan untuk furniture, sebaiknya perlu diingat bahwa kayu ini
merupakan kayu dengan kekuatan dan keawetan rendah, warnanya mudah berubah
dibawah sinar matahari. Disarankan jika dipergunakan sebagai furniture
sebaiknya menggunakan ukuran yang tebal dan tidak terkena air.
14. Kelapa
Kayu Kelapa
Diberbagai belahan dunia, kayu kelapa telah
dipergunakan sebagai material untuk berbagai keperluan karna keberlimpahannya
di alam. Mulai dari kerajinan hingga furniture, Kayu Kelapa menjadi Kayu yang
hampir semua orang kenali. Kayu Kelapa telah digunakan sebagai tiang-tiang
bangunan hingga jembatan karna kekuatannya. Kayu ini memiliki corak yang unik,
perpaduan coklat tua dan coklat muda yang kontras yang berbentuk lurus-lurus.
Serat-serat kayu kelapa cukup pendek sehingga pada papan olahan dari kayu
kelapa terlihat seperti goresan-goresan pendek. Serat berwarna gelap merupakan
serat yang lebih keras dibandingkan serat yang lebih terang.
Kayu Kelapa tergolong kayu Kelas Kuat II dan III
dengan berat jenis dari 0,5 hingga 0,9 tergantung umur dari pohon tersebut. Densitas
Kayu Kelapa rata-rata 400 kg/m3 dengan diameter batang hingga 50cm dan hampir
lurus keatas.
Salah satu produk akhir dari Kayu Kelapa yang
saat ini menjadi produk andalan ekspor adalah parket Kayu Kelapa. Parket Kayu
Kelapa saat ini menjadi primadona dipasar Eropa karna menjadi salah satu produk
olahan Kayu yang mendapat predikat Eco
Labelling.
Kayu ini dapat diolah dengan baik menggunakan
mesin-mesin namun sulit untuk diberi bahan pengawet karna termasuk kayu yang
padat. Kayu Sonokeling sejak tahun 1998 dicatat sebagai kayu yang dilindungi
karna sudah terancam punah, oleh karna itu bijak menggunakannya dan
memanfaatkannya secara efektif dan efisien adalah keharusan bagi pengguna nya.
15. Mahoni
Kayu Mahoni
Butuh kayu untuk di bengkok-kan (bend) dan mampu
bertahan lama dalam bentuk tertentu serta sangat baik difinishing duco atau
alami maka Kayu Mahoni merupakan kayu yang tepat. Baik secara vertikal maupun
secara horizontal Kayu Mahoni cukup baik dalam uji tekan sehingga dapat
diaplikasikan penggergajian dari berbagai arah dengan baik. Karna kayu ini
lebih lunak dibandingkan Kayu Jati, Kayu ini cukup mudah untuk di ukir dan
dibentuk sesuai keinginan.
Kayu Mahoni cukup tahan terhadap serangan hama
kayu, dan ketika di proses seperti pemotongan atau dipaku tidak mudah retak,
dan cukup mudah untuk diampelas. Kayu ini tahan terhadap keretakan saat di
steam pada proses pembengkokan. Kayu Mahoni memiliki ciri fisik berwarna merah
pada bagian dalamnya, berpori-pori kecil dan plain (coraknya tidak terlalu
kelihatan).
Pohon Kayu Mahoni dapat dipanen pada umur 7 hingga
15 tahun, dan dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. Penggunaan Kayu Mahoni
cukup luas karna kekuatan dan ketersediaanya yang cukup banyak sehingga banyak
digunakan didunia konstruksi dan pertukangan. Pohon Kayu Mahoni dapat tumbuh
hingga berdiameter 125cm dengan tinggi 35-45 m. Pohon ini sering ditanam
dipinggir jalan karna ditengari dapat mengurangi polusi udara hingga 69% dan
membantu penangkapan air serta berdaun lebat sehingga menjadi peneduh dipinggir
jalan.
16. Kayu Aren
Kayu Aren
Orang yang sakti dan punya ilmu kebal, jika ditusuk
dengan ruyung tetap akan mati. Kepercayaan orang Sunda terhadap pepatah ini
dapat ditemukan logikanya, Kayu Aren atau Ruyung terhitung keras dan jika
disabet pinggirannya setajam sembilu. Pengolahan Kayu Aren dapat merusak
mesin pengolah seperti ketam mesin dan gergaji lebih cepat dibandingkan kayu
yang lain, hal ini disebabkan Kayu Aren memiliki urat kayu yang berwarna hitam
yang sangat keras. Karna masih dalam keluarga Palma, Kayu Aren memiliki corak seperti
Kayu Kelapa, namun perbedaan yang kontras dapat terlihat dari warna-nya yang
jauh lebih gelap dibandingkan Kayu Kelapa.
Aren, Enau, Hanau, Peluluk, Moka dan banyak lagi
sebutan untuk tumbuhan aren ini memiliki pohon yang dapat tumbuh hingga 25 m
dengan diameter hingga 65cm. Bagian batang Aren yang dapat digunakan sebagai
papan adalah bagian agak luar hingga 10cm kearah dalam. Sedangkan bagian
dalamnya lebih mudah rusak karna lebih lunak. Selain batang, Kayu Aren kita
kenal sebagai penghasil gula merah, aren atau enau, dan penghasil
kolang-kaling. Tidak sedikit yang mengubah air enau menjadi tuak diberbagai
daerah di Indonesia karna air nira cepat terfementasi di udara.
Di negara Jepang, parket Kayu Aren yang berwarna
hitam cukup disukai meskipun eksportir mengatakan bahwa biasanya mereka lebih
meyukai warna-warna kayu yang terang. Di daerah seperti Sulawesi, Kayu Aren
biasanya digunakan sebagai papan, gagang pisau, gagang cangkul dan empulurnya
dijadikan untuk penyaluran air.
Selain berbagai jenis kayu yang sudah disebutkan
tadi, Indonesia memiliki banyak jenis kayu endemik dan kayu-kayu yang
berkualitas tinggi lainnya yang harus kita jaga keberlangsungan supplynya serta dapat kita manfaatkan
untuk berkarya. Untuk itu yuk kita tingkatkan pengetahuan dan skill kita dalam
memahami material ini agar kita dapat menghasilkan nilai tambah dari berbagai
material mentah yang disediakan oleh alam seperti kayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar